Beranda | Artikel
Fenomena MoGe
Senin, 17 Agustus 2015

Hukum Konvoi MoGe

Mohon komentar untuk kasus MoGe kota jogja. Apakah itu dibenarkan secara agama? Mengingat banyak warga jogja yang menolak sikap mereka. Bisa dilihat komen-komen miring masyarakat d brbagai media.

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Sebenarnya cukup dengan melihat komentar masyarakat tentang suatu perbuatan, kita sudah bisa menilai apakah perbuatan itu baik atau buruk. Terlebih ketika semua komentar itu beralasan. Artinya mereka punya bukti dalam menilai, bukan semata karena sentimen.

Karena dalam islam, masyarakat di lingkungan kita menjadi saksi atas perbuatan kita.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan,

Suatu ketika para sahabat melihat seorang jenazah yang diangkat menuju pemakamannya. Merekapun memuji jenazah ini. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَجَبَتْ، وَجَبَتْ، وَجَبَتْ‏

”Wajib.., wajib.., wajib.”

Tidak berselang lama, lewat jenazah lain. Kemudian para sahabat langsung mencelanya.

Seketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَجَبَتْ، وَجَبَتْ، وَجَبَتْ‏

”Wajib.., wajib.., wajib.”

Umarpun keheranan dan bertanya,

”Apanya yang wajib?”

Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

هَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ خَيْرًا، فَوَجَبَتْ لَهُ الجَنَّةُ، وَهَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ شَرًّا، فَوَجَبَتْ لَهُ النَّارُ، أَنْتُمْ شُهَدَاءُ اللَّهِ فِي الأَرْضِ

”Jenazah pertama kalian puji dengan kebaikan, maka dia berhak mendapat surga. Jenazah kedua kalian cela, maka dia berhak mandapat neraka. Kalian adalah saksi Allah di muka bumi.” (HR. Bukhari 1367 & Muslim 949).

Tentu saja persaksian yang berdasarkan bukti, bukan dibuat-buat, bukan hasil bayaran, bukan pula karena dorongan sentimen, bersifat alamim, dan tidak bisa dikondisikan.

Sisi Tercela MoGe 

Lebih dari itu, ada beberapa sisi tercela dari konvoi MoGe,

Pertama, berjalan arogan dan sombong

Luqman pernah berpesan kepada anaknya, yang pesan ini diabadikan Allah dalam al-Quran. Luqman mengatakan,

وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Luqman: 18)

Dalam ayat ini, Allah melarang 3 jenis tindakan arogan

  1. Berjalan dengan angkuh dan sombong dengan kekayaan yang dimiliki. Seolah hanya dia yang berhak menguasai jalan karena kendaraannya lebih mewah.
  2. Sikap ’mukhtal’ (مُخْتَال). Allah membenci sikap ini. Sikap sombong dalam gaya berjalan. Dia tampaknya kegagahannya, jalannya dibuat berlenggak-lenggok, dadanya dibusungkan, dst. Bila perlu tatonya sedikit diperlihatkan, untuk menunjukkan betapa gagah dirinya.
  3. Sikap ’fakhur’ (فَخُور), yaitu sombong dalam gaya bicaranya.

Dan semua masyarakat tahu, 3 pelanggaran ini semuanya ada dalam konvoi MoGe.

Karena itulah, tidak heran, jika manusia semacam ini, mendapatkan ancaman hukuman yang berat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَتَبَخْتَرُ يَمْشِي فِي بُرْدَيْهِ قَدْ أَعْجَبَتْهُ نَفْسُهُ فَخَسَفَ اللَّهُ بِهِ الْأَرْضَ فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ‏

“Ada seorang laki-laki sedang bergaya dengan kesombongan berjalan dengan mengenakan dua pakaiannya, dia mengagumi dirinya. Lalu Allah membenamkannya di dalam bumi. Dan dia selalu kejang-kejang di dalam bumi sampai hari kiamat.” (HR. Bukhari 5789 & Muslim 2088)

Kedua, mengganggu pengguna jalan yang lain

Kehadiran konvoi MoGe dengan segala arogansinya dinilai sangat mengganggu aktivitas masyarakat. Mulai dari kebal tata tertib lalu lintas, mendahului dengan tanpa aturan, atau setidaknya membuat macet jalan. Tidak ada mayarakat yang suka dengan hal ini.

Mereka merendahkan pengguna jalan yang lain. Dan itulah hakekat kesombongan.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ‏

“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim 2749)

Dan karakter semacam ini, tidak akan dimiliki oleh muslim yang baik.

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ‏

“Seorang muslim adalah orang yang tidak akan mengganggu muslim lainnya dari kejahatan lisan maupun tangannya.” (HR. Bukhari 10 & Muslim 41)

Ketiga, pemborosan & tabdzir

Kita tidak tahu, berapa liter bahan bakar yang dihabiskan hanya untuk konvoi tidak jelas semacam itu. Sementara manfaatnya hampir tidak dirasakan masyarakat. Tentu saja, itu mubadzir. Karena mengeluarkan harta pada jalan yang keliru.

Allah berfirman,

وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ‏

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27).  Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini.

Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Tafsir ibn Katsir, 8/474-475)

Tentu saja, tidak ada orang yang ingin disebut temannya setan.

Semoga kegiatan semacam ini tidak berulang..

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/25382-fenomena-moge.html